Klasifikasi Iklim

Tujuan penggolongan atau klasifikasi iklim adalah untuk menyederhanakan jumlah iklim lokal yang banyak menjadi golongan yang jumlahnya lebih sedikit dan mempunyai kesamaan sifat yang penting.

Klasifikasi iklim Waldimir Koppen.

Dasar klasifikasi Koppen ialah rata-rata suhu dan curah hujan bulanan atau tahunan. Vegetasi lokal dipandang sebagai ekspresi dari totalitas iklim, sehingga batas-batas iklim wilayah ditentukan ileh terbatasnya vegetasi. Koppen membedakan lima pokok daerah iklim yang dibedakan kedalam empat jenis iklim basah dan dua jenis iklim kering. Kelim pokok daerah tersebut adalah A = iklim tropic, B = iklim kering, C = iklim sedang panas. D = iklim boreal, dan E = iklim salju. Koppen meluaskan 5 iklim pokok itu (A, B, C, D, dan E) menjadi 11 iklim pokok dengan menambahkan huruf sebagai berikut:

  1. Af, iklim hujan tropic.
  2. Aw, iklim sabana benua (ajeg basah).
  3. BS, iklim stepa
  4. BW, iklim gurun abadi.
  5. Ca, iklim laut. (musim panas kering)
  6. Cw, iklim laut. (musim dingin kering)
  7. Cf, iklim laut. (ajeg basah)
  8. Dw, iklim benua.
  9. Df, iklim sedang, continental yang selalu basah.
  10. ET, iklim tundra
  11. EF, iklim salju.

Iklim Schmidt-Ferguson.

Dasar klarifikasi iklim adalah banyaknya curah hujan tiap bulan. Kriteria bulan basah dan kering diambilnya dari Mohr. Berdasarkan nilai Q Schmidt-Ferguson membuat klasifikasi menjadi 8 dari tipe dengan symbol A – H. nilai Q diperoleh dengan rumus:

Schmidt-Ferguson

Symbol Quontient (%) Keterangan
A

B

C

D

E

F

G

H

0 – 14,3

14,3 – 33,3

33,3 – 60

60 – 100

100 – 167

167 – 300

300 – 700

> 700

Sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis

Basah, vegetasi juga hutan hujan tropis

Agak basah, vegetasi hutan rimba

Sedang, cegetasi hutan musim

Agak kering, vegetasi hutan belantara (sabana)

Kering, vegetasinya juga hutan sabana

Sang kering, vegetasi padang ilalang

Ekstrim kering, vegetasinya sama dengan tipe G