Tenaga Pengubah Bentuk Bumi

Bentuk bumi baik yang berada di daratan atau di dasar laut tidaklah rata, akan tetapi mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda ada bagaian yang tinggi ada bagian yang rendah, ada yang datar dan sebagainya. Semua morfologi itu terbentuk akibat dari suatu tenaga yang disebut tenaga geologi. Tenaga geologi terdiri dari 2 macam yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen.

Tenaga endogen

Tenaga endogen ialah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga endogen disebut juga tenaga konstruktif (membangun).

a. Vulkanisme

Vulkanisme ialah segala bentuk aktivitas magma. Aktivitas magma ini disebutkan sifat magma yang sangat panas, karena panasnya itu ia mempunyai energy untuk melakukan gerakan menerobos atau memotong lapisan batuan dalam bumi. Magma ialah batuan pijar yang sangat panas. Jika gerakan magma sampai dipermukaan bumi disebut erupsi/ekstruksi, jika gerakan magma tidak sampai di permukaan bumi, jadi masih berada di dalam bumi disebut intrus magma. Bahan-bahan yang dikeluarkan saat erupsi berupa zat-zat padat, cair, dan gas. Bahan yang padat dilemparkan keluar berupa bom (gumpalan batu lava besar), lapilli (butiran batu lava sebesar kacang hijau sampai sebesar kemiri), pasir, batu apung (batu kepundan yang berpori-pori dan ringan apabila dijatuhkan ke air terapung) dan debu (abu vulkan yang sangat halus). Zat-zat cair disebut lava (lahar pijar), zat yang berupa gas disebut ekshalasi. Ekshalasi terdiri dari bermacam-macam gas yaitu H2SO, H2S, persenyawaan C dan H, persenyawaan CL, H2 dan juga uap air tetapi tidak banyak. Gunung api yang mengeluarkan asap yang terutama terdiri dari abu dan merupakan awan tebal di atas gunung itu. Di dalam awan itu kerap kali terjadi halilintar. Pada gunung yang masih aktif/masih bekerja panasnya terus menerus atau selang-seling lebih tinggi dari panas disekelilingnya, sedangkan pada gunung yang tidak aktif sewaktu-waktu dapat aktif kembali. Melihat susunannya/bentuk gunung api dapat dibagi 3 macam yaitu:

  • Gunung api terjadi karena pengeluaran magma saja. Gunung semacam ini disebut gunung lava atau gunung tameng/perisai. Gunung api lava yang terbesar terdapat di Hawaii (gunung Mauna Loa dan Kilauea). Lereng gunungnya landau (tidak curam) karena lava yang keluar amat cair. Pada puncak gunung lava di Hawaii terdapat ledok-ledok bertingkat-tngkat dengan tebing yang curam. Di dalam ledok itu lava cair yang pijar. Erupsi yang terjadi bersifat efusif.
  • Gunung api yag terjadi karena letusan (gunung api Maar) yaitu berupa lubang berbentuk corong, yang terjadi karena satu kali letusan. Maar terdapat di daerah Eifel (Jerman), di pegunungan Alpina di Zwaben (Jerman), di Afrika Selatan dan gunung Lamongan (Indonesia). Erupsi yang terjadi bersifat eksplosif.
  • Gunung api yang terjadi karena kedua hal tersebut di atas. Gunung api strato atau gunung api berlapis/kerucut. Gunung api strato ialah gunung api yang banyak terdapat di Indonesia. Gunung api strato tersusun dari lapisan-lapisan lava yang telah membeku (batu lava) dan tuff vulkan. Tuff ini terjadi dari abu dan bahan yang lebih kasar/besar, yang dikeluarkan pada waktu gunung tersebut meletus dan kemudian menjadi padat. Erupsi yang terjadi adalah gabungan bersifat efusif diselingi eksplosif. Pada umumnya gunung api strato magmanya keluar melalui sebuah celah/saluran kepundan. Saluran itu ujungnya terletak pada puncak atau lereng gunung berupa sebuah lubang berbentuk corong yang disebut lubang kepundan atau kawah.

Menurut Prof. Dr. B.G. Eschar ada tiga faktor yang memengaruhi kekuatan erupsi yaitu tingkat kekentalan magma, tekanan gas, dan kedalaman/tempat magma (dapur magma). Kalau magma amat cair, tekanan gas rendah dan terletak dekat permukaan bumi maka magma itu mengalir keluar dengan tenang. Kalau magma itu cair kental dan tekanannya rendah, maka terjadilah aliran lava pendek-pendek, yang bergerak perlahan-lahan. Suatu erupsi akan terjadi dengan letusan besar (eksplosif) apabila tekanan gas besar dan letak tempat magma dalam. Suatu keistimewaan pada letusan seperti ini ialah dikeluarkannya asap-asap bergumpal dengan kekuatan yang besar. Suatu contoh yang terkenal adalah letusan gunung Krakatau pada tahun 1883. Gejala Pasca vulkanis, setelah gunung api itu meletus (istirahat) adalah (1) ekshalasi/belerang (H2S)m mofet (CO2); 2 munculnya mata air panas; (3) adanya geyser; dan (4) mata air makdani/mineral yaitu air yang mengandung mineral terutama belerang.

b. Seisme dan Gempa bumi

Gempa bumi ialah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang berasal dari dalam lapisan-lapisan bumi. Gempa dapat dibedakan beberapa macam yaitu:

  • Gempa bumi tektonik, ialah gempa yang terjadi karena dislokasi atau pergeseran dalam struktur bumi akibat adanya tarikan dan tekanan. Gempa ini berkaitan dengan adanya orogenesa. Gempa ini terdapat di daerah pegunungan lipatan. Gempa jenis ini yang paling berbahaya.
  • Gempa bumi vulkanik, ialah gempa yang diakibatkan sebagai akibat vulkanisme. Gempa semacam ini lemah dan hanya terasa di lereng gunung yang meletus.
  • Gempa bumi runtuhan/terban ialah gempa akibat runtuhnya atap gua, di daerah pertambangan. Gempa ini lemah dan terjadi di daerah yang tidak luas.

Menurut teori, bahwa getaran di dalam benda padat merambat dengan macam cara, yaitu:

  • Getaran longitudinal

Getaran longitudinal merambat di dalam bumi dengan kecepatan 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum. Gelombang ini bisa juga merambat melalui bagian yang cair dari perut bumi. Getara ini disebut juga getaran primer karena getaran ini yang pertama kali terjadi.

  • Getaran transversal

Getaran transversal merambat dengan kecepatan 4-7 km/detik. Getaran ini juga berasal dari hiposentrum. Getaran ini tidak bisa merambat melalui lapisan cair. Getaran ini disebut juga getaran sekunder, terjadi setelah getaran primer.

  • Getaran panjang

Getaran ini merambat melalui permukaan bumi dengan kecepatan 3-4 km/detik. Getaran ini berasal dari episentrum. Getaran inilah yang paling berbahaya yang banyak merusak segala benda yang ada di permukaan bumi. Getaran ini disebut juga getaran permukaan.

Berdasarkan getaran atau gelombang yang terjadi maka dapat diketahui jarak antara episentrum dengan alat pencatat gempa (seismograf). Dengan Formula Laska:

J = {[ S – P ] – 1’} x 1.000 km

J = Jarak episentrum dengan seismograf

S = Waktu yang menunjukkan pukul berapa gelombang sekunder itu terjadi

P = Waktu yang menunjukkan pukul berapa gelombang primer itu terjadi

1’ = satu menit

1.000 km = konstanta

Istilah-istilah yang berkaitan dengan gempat yaitu:

  • Hiposetrum. Pusat gempa yang ada di dalam bumi.
  • Episetrum. Pusat gempa yang berada di permukaan bumi
  • Seismograf. Alat pencatat gempa
  • Makroseista. Daerah di permukaan bumi yang mengalami kerusakan terhebat.
  • Isoseista. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mengalami kerusakan sama hebatnya.
  • Pleistoseista. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mengalami kerusakan sama hebatnya.
  • Homoseista. Garis pada peta yang menghubungkan tempat yang mengalami/mencatat gelombang primer pada waktu yang sama.
  • Intensitas kekuatan gempa diukur dengan berbagai skala diantaranya ialah yang paling banyak digunakan ialah Skala Richter. Pembagian skala Richter pada prinsipnya ialah getaran paling lemah, diberi skala 0, paling kuat diberi skala 10. Dengan demikan dapat digolongkan menurut Skala Richter sebagai berikut, yaitu 2,5 Skala Richter sangat lemah, 2,5 – 5 menimbulkan kerusakan kecil, 5 – 6 menimbulkan kerusakan besar dan 6,0 ke atas adalah gempa kuat. Untuk kenaikan 1 skala pada skala Richter berarti 10 kali lebih kuat dari skala sebelumnya. Jadi kekuatan 7 pada Skala Richter = 10 x 6 skala Richter atau 10 x 5 Skala Richter.

c. Tektonisme

Perubahan letak atau kedudukan lapisan batu secara horizontal maupun vertical. Berdasarkan kecepatan gerakannya dan luas daerah yang mengalami pengaruh, tektonisme terdiri atas:

  • Gerak epirogenesa,

Gerakan yang menyebabkan turun naiknya lapisan batuan dibandingkan dengan permukaan air laut. Gerak ini berlangsung lambat dan dalam waktu yangn lama di suatu daerah yang luas. Gerak epirogenesa dibedakan dua macam yaitu: (1) epirogenesa positif yaitu gerak turunnya suatu daratan dibandingkan dengan permukaan laut, sehingga kelihatan permukaan air laut naik; (2) epirogenesa negative yaitu gerak naiknya suatu daratan dibandingkan dengan permukaan air laut. Apabila gerak epirogenesa negative terjadi berulang kali dan diselingi dengan masa istirahat maka akan terjadi teras pantai yang bentuknya bertingkat-tingkat seperti pantai barat dan timur India, pantai Pulau Buton dan Pulau Timor.

  • Gerak orogenesa,

Gerak yang menyebabkan tekanan horizontal dan vertical pada lapisan batuan yang menyebabkan dislokasi lapisan batuan. Peristiwa ini menyebabkan lapisan batuan mengalami lipatan dan patahan. Oleh karena itu gerak orogenesa disebut gerak yang menyebabkan terbentuknya pegunungan. Gerak ini lebih cepat daripada epirogenesa serta meliputi daerah yang lebih sempit. Puncak lipatan disebut dengan anticlinal dan lembah lipatan disebut sinklinal, sedangkan puncak patahan disebut horst dan lembah patahan disebut slenk.

Gerak orogenesa

Tenaga eksogen

Tenaga geologi lainnya yang turut menentukan bentukan muka bumi adalah tenaga eksogen, yakni tenaga yang berasal dari luar bumi. Tenaga eksogen berasal dari atmosfer, air, dan organisme. Bentuk-bentuk pengerjaan tenaga eksogen adalah 3 cara yakni:

a. Pelapukan/keharian.

Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi lebih kecil/hancur. Pelapukan itu ada 3 macam, yakni (1) pelapukan mekanik. Pelapukan ini terjadi akrena perubahan panas yang besar, sehingga volume benda pun berubah. Hal it menyebabkan batuan menjadi pecah. Lebih-lebih di daerah yang udaranya kering, pada siang hari sangat panas, sedangkan malam hari dingin, hal ini menyebabkan batuan menjadi pecah. Air yang masuk ke dalam lubang dan pori-pori batuan kemudian membeku, maka batuan akan pecah, karena air yang berubah menjadi es volumenya bertambah besar. Selain itu ait yang mengalir dan eglombang di laut juga dapat merusak. (2) Pelapukan kimiawi; pelapukan ini merupakan penghancuran batuan yang terjadi melalui perubahan susunan kimiawi asal batuan. Air hujan dapat merusak di daerah kapur (karst). Pada daerah kapur dapat membentuk dolina (danau) dan di gua-gua kapur dapat membentuk stalaktit dan stalakmit. (3) Pelapukan organik; Pelapukan organic disebabkan oleh tumbuhan dan binatang. Akar tumbuhan masuk ke dalam lubang batuan merusak batuan pada waktu akar itu tumbuh besar. Binatang dapat membuat lubang pada batu dengan demikian binatang itu merusak batuan.

b. Erosi dan transportasi.

Erosi (pengikisan dilakukan oleh air, angina, dan gletser (abrasi, deflasi, dan glasial) bahan hasil kikisan itu akan diangkut ke suatu tempat.

c. Sedimentasi atau pengendapan

Jika tenaga transportasi sudah makin lemah, maka material hasil kikisan akan diendapkan pada suatu tempat (fluvial, teritis, limnis, marine, dan glasial).